TUMBUHAN dan HEWAN LANGKA

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya. Tumbuhan dan hewannya sangat banyak macamnya karena Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang masing-masing memiliki ciri khas. Hal ini merupakan suatu kebanggaan. Kita perlu bersyukur atas segala limpahan dari Tuhan Yang Maha Esa kepada negara tercinta Indonesia ini. Apakah Indonesia sekarang masih memiliki tumbuhan dan hewan yang banyak? Jika jumlah manusia terus bertambah, kebutuhan hidup manusia pun bertambah. Banyak kegiatan manusia yang merugikan alam. Dengan bertambahnya jumlah manusia, maka hewan dan tumbuhan menjadi berkurang karena banyak yang dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hewan dan tumbuhan merupakan kebutuhan pokok manusia, artinya tanpa tumbuhan dan hewan manusia tidak dapat hidup.  Mengapa manusia sangat bergantung pada tumbuhan dan hewan Alam ini beserta isinya merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Atas kekuasaan Tuhan, tumbuhan dan hewan memiliki kemampuan berkembang biak atau bereproduksi sehingga menghasilkan keturunan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, tumbuhan dan hewan akan selalu ada.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan
tahun 2010 tercatat 38.000 jenis tumbuhan termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga
(10% dari tumbuhan berbunga di dunia), 515 spesies mamalia (12% jenis mamalia dunia),
511 spesies reptilia (7,3% dari jenis reptilia dunia), 2.827 jenis binatang tak bertulang, kupukupu
sebanyak 121 spesies (44% jenis endemik), 480 spesies hard corals (60% dari jenis
coral dunia), 1400 spesies ikan air tawar, 270 spesies amphibi (jumlah terbesar ke enam di
dunia), 1531 spesies burung (jumlah terbesar ke lima di dunia), 240 spesies langka (jumlah
terbanyak di dunia). Disamping itu Indonesia mempunyai tumbuhan palma sebanyak 477
spesies (47% endemik) dan ± 3.000 jenis spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat.
Hal tersebut memberikan gambaran betapa Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan
keanekaragaman hayati dunia. Selain itu Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki hutan yang sangat luas yaitu 130 juta hektar (Kementrian Kehutanan RI, 2010)
dengan 3,02 juta hektar merupakan hutan bakau/mangrove atau 19% dari luas hutan
mangrove di dunia, melebihi Australia (10%) dan.Brasil (7%) (FAO, 2007)
Akan tetapi keanekargaman hayati kita tersebut saat ini mengalami ancaman degradasi yang
sangat serius akibat kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan. Penebangan hutan secara
liar dan polusi gas hasil pembakaran bahan bakar fosil serta pemakaian freon merupakan
kegiatan yang memberi sumbangan yang cukup besar terhadap degradasi keanekaragaman tumbuhan dan hewan di sekitar kita.

TUMBUHAN LANGKA

Bunga Bangkai (rafflesia arnoldi)
Padma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Presentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.

Anggrek Pensil (Vanda Hookeriana)
Anggrek pensil (Vanda hookeriana) asal Sumatra adalah jenis anggrek yang langka. Anggrek yang banyak diminati para pencinta bunga itu hidup menumpang pada bunga bakung (Crinum asiaticum). Langkanya anggrek ini, dikarenakan habitat anggrek yang ada di Cagar Alam Dusun Besar (CADB), Bengkulu sudah rusak oleh tangan manusia. Kerusakan tersebut juga menyebabkan bunga bakung mati.

Untuk mencegah kepunahan anggrek pensil, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah mencoba mengembangbiakkan anggrek ini. Uji coba pengembangbiakan anggrek langka itu di Danau Dendam Tak Sudah (DDTS), Bengkulu. Pada Februari 2005 ditanam sebanyak 20 batang, dan April 2006 sebanyak 7 batang. Ternyata anggrek tersebut dapat tumbuh subur di DDTS.

Pada bulan Juni ini BKSDA akan menanam kembali 20 batang anggrek hasil penangkaran yang dilakukan oleh BKSDA. Demikian dikatakan Kepala BKSDA Bengkulu, Yohanes Sudarto, Rabu (6/6).Anggrek pensil memiliki keindahan yang khas. Kesegaran bunga ini dapat mencapai 22 hari. Pada tahun 1882 anggrek ini dinobatkan sebagai “Ratu Anggrek” dan mendapat hadiah “First Class Certificate” dari pemerintah Inggris.

 


Bunga Edelweis Anaphalis Javanica

 
Edelweis Anaphalis Javanica adalah tumbuhan gunung yang terkenal, tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan memiliki batang sebesar kaki manusia, tetapi tumbuhan yang cantik ini sekarang sangat langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat dihadapi.
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.

Tanaman Pakis Ekor Monyet
 Tanaman ini terbilang langka, sinonimnya cukup banyak yaitu pakis hanoman, pakis sun go kong, dll. Nama yang banyak disandangnya tidak lain disebabkan karena penampilan luar dari tanaman pakis ini sendiri. Tidak seperti tanaman lain yang berdaun, tanaman ini justru berbulu/berambut seperti monyet.

Pohon “ekor monyet” yang ideal adalah tinggi antarpohonnya sama. Selain itu, pohon “ekor monyet” ini dapat dikembangbiakkan dengan cara di stek yaitu memotong salah satu bagian tanaman kemudian ditanam di pot. Perawatan pohon Monyet ini tidak begitu rumit, pohon hanya membutuhkan banyak air saja. Jika ditempatkan di tempat yang lembab akan menjadi semakin baik pertumbuhannya. Pohon Monyet tidak begitu membutuhkan cahaya. Peletakan pohon monyet ini paling baim ditaruh di teras rumah karena di teras rumah umumnya tidak begitu terkena sinar matahari. Kemudian harus sering disiram. Pohon “ekor monyet” ini tidak perlu dipupuk.

Ada dua jenis pohon “ekor monyet”, yaitu pohon “ekor monyet” yang sudah jadi dan pohon “ekor monyet” yang belum jadi. Pohon “ekor monyet” yang belum jadi jika bulunya dielus akan rontok. Akan tetapi, jika pohon “ekor monyet” yang sudah jadi jika bulunya dielus tidak akan rontok. Pohon “ekor monyet” ini termasuk dalam kelas Pakis Monyet. Melihat bentuknya yang unik tak sedikit orang kagum bahkan ada pula yang takut terhadap pohon “ekor monyet” ini. Bulu yang tumbuh di sekitar batang pohon tersebut membuat bulu kuduk orang yang melihatnya berdiri

Kantong Semar


Nepenthes adalah tanaman unik. Tanaman karnivora ini termasuk tanaman langka yang dilindungi, hal tersebut dikarenakan Nepenthes/ kantong semar semakin langka karena adanya pembukaan hutan dan banyaknya orang yang memburu keberadaannya, tanpa mencoba untuk melestarikannya.

Di Indonesia banyak sebutan diberikan pada tanaman karnivora ini, ada yang menyebut kantong semar, periuk monyet, kantong beruk, ketakung, sorok raja mantra dan masih banyak lagi. Tanaman merambat ini hidup di tanah-tanah lembap yang sedikit nutrisi makanan/ miskin hara. Namun ada juga yang menempel pada tanaman inang (epifit). Keindahan tanaman ini dapat dilihat dari Kantongnya yang merupakan ujung daun yang berbentuk kantong dan berfungsi menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya.

Perbanyakan tanaman Nepenthes dilakukan melalui stek batang, biji dan memisahkan anakan. Umumnya Nepenthes yang hidup terrestrial di dataran rendah tumbuh di tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air pada substrat yang bersifat asam. Nepenthes juga membutuhkan cahaya matahari intensif dengan panjang siang hari antara 10-12 jam setiap hari sepanjang tahun, dengan suhu udara antara 23-31°C

Cendana (Santalum album)
 Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.
Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cem









HEWAN LANGKA

BADAK JAWA
Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus). Binatang endemik pulau Jawa dan hanya terdapat di TN. Ujung Kulon ini merupakan binatang paling langka di dunia dengan jumlah populasi hanya 20-27 ekor.










MACAN TUTUL JAWA
 
 Macan Tutul Jawa atau Macan Kumbang (Panthera pardus melas). Subspesies ini populasinya kurang dari 250 ekor.
Macan tutul jawa terdiri dari dua subspesies yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama.
macan tutul jawa berwarna terang:



RUSA BAWEAN (Axis kuhlii
Rusa Bawean (Axis kuhlii) Binatang langka endemik pulau Bawean dengan populasi antara 250-300 ekor (2006).
HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae)
 Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Subspesies harimau ini populasinya tinggal 400-500 ekor.










ORANG UTAN SUMATERA (Pongo abelii)
 Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Binatang langka ini populasinya sekitar 7.300 ekor (2004).











Simpei Mentawai (Simias concolor)

Endemik Kepulauan Mentawai. Populasi 6.000-15.500 ekor (2006).






    Banteng (Bos javanicus)
 Banteng (Bos javanicus), juga dikenal sebagai Tembadau, adalah spesies ternak liar ditemukan di Asia Tenggara. Banteng telah didomestikasi di beberapa tempat di Asia Tenggara, dan ada sekitar 1,5 juta banteng dalam negeri, yang disebut sapi Bali. Hewan ini digunakan sebagai hewan kerja, dan untuk daging. sapi Bali juga telah diperkenalkan dengan daerah Utara Australia, di mana mereka telah membentuk populasi liar yang stabil.









Binatang Langka Lainnya. Selain binatang paling langka di Indonesia di atas, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukan dalam status konservasi “endangered” (terancam punah), satu tingkat di bawah kategori “critically endangered”. Binatang-binatang (mamalia) tersebut antara lain (diurutkan berdasarkan abjad nama Indonesia):
1.    Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis)
2.    Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
3.    Ajag (Cuon alpinus)
4.    Banteng (Bos javanicus)
5.    Bekantan (Nasalis larvatus)
6.    Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)
7.    Gibbon Kalimantan (Hylobates muelleri)
8.    Gibbon Kalimantan White-bearded Gibbon (Hylobates agilis)
9.    Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis)
10. Kanguru Pohon Goodfellow (Dendrolagus goodfellowi)
11.  Kucing Merah (Pardofelis badia)
12.  Kukang Jawa (Nycticebus javanicus)
13.  Kuskus (Phalanger alexandrae)
14.  Lutra Sumatra (Lutra sumatrana)
15.  Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis)
16.  Macan Dahan Sumatera (Neofelis diardi diardi)
17. Monyet Sulawesi (Macaca maura)
18. Musang Air (Cynogale bennettii)
19.  Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
20. Owa Jawa (Hylobates moloch)
21.  Paus Bersirip (Balaenoptera physalus)
22. Paus Biru (Balaenoptera musculus)
23.  Siamang (Hylobates klossii)
24. Siamang (Symphalangus syndactylus)
25. Tapir Asia (Tapirus indicus)
26. Trenggiling (Manis javanica)
27. Ungko (Hylobates agilis)
28. Wau-wau (Hylobates lar)

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U